Tradisi Rebu Kasan di Kota Palembang
Tradisi Rebu Kasan Dan 320 Ribu Marabahaya
Tradisi Rabu Kasan di Palembang. Membaca flyer dan run down acara Rebu Kasan yang diadakan Sanggar Budaya Dayang Merindu Palembang aku jadi bersemangat. Sebenernya niat untuk ikut acara ini sudah sejak beberapa tahun lalu.
Tapi ada aja hal merintang yang bikin aku gak jadi hadir. Jadilah pada
hari Rabu terakhir bulan Safar yang bertepatan dengan tanggal 13 September 2023
lalu aku nyempatin diri hadir.
Sanggar Budaya Dayang Merindu pimpinan maestro tari Sumatera Selatan Anna Kumari, adalah satu dari sedikit sekali yang masih mengadakan acara Rebu Kasan.
Untuk
mengenalkan kembali tradisi Rebu Kasan pada Masyarakat Palembang, Ibu
Anna kemudian mengadakan Rebu Kasan di
lokasi yang berbeda setiap tahun.
Tahun 1445 hijriyah ini Rebu Kasan diadakan di Masjid Darul Muttaqien,Komplek Pertamina Bagus Kuning Palembang. Jarak tempuh lokasi acara Rebu Kasan dan rumahku di Kebun Bunga sebenarnya lumayan jauh ada kali 20 Km.
Pada run down ditulis sholat sunnah mutlak
dilaksanakan pada pukul 10.00 Wib.Biar
gak telat aku berangkat jam 9 dari
rumah.
Rebu Kasan,Mandi,Sholat,Makan
Komplek Pertamina Bagus
Kuning termasuk dalam kawasan objek vital yang dilindungi. Kawasan
yang berada di tepi Sungai Musi ini berfungsi sebagai Dok Yard- tempat perawatan kapal-kapal milik Pertamina. Jadi para tamu
yang masuk harus izin dulu pada petugas di gerbang masuk.
Tak sulit mencari lokasi acara
yang berada di ujung komplek persis di tepi Sungai Musi.Tiba di lokasi aku
melihat beberapa youtuber dan seniman-seniman beken Palembang sudah hadir.
Setelah memarkir kendaraan.Aku menyapa
Mang Dayat konten kreator sejarah dan
seni budaya Sumatera Selatan yang sudah bersiap pasang tripod. Beberapa panitia kulihat membentang
ambal dan karpet untuk tempat duduk tetamu. Kulirik jam sudah hampir
pukul sepuluh. Aku bergegas menuju Masjid Darul Muttaqien.
Di masjid sudah menunggu Mirza Indah Dewi putri kedua Anna Kumari yang akrab dipanggil Cek IIn.Beberapa kawan dari komunitas budaya dan sejarah Palembang kulihat sudah pula hadir di sana.
Tak lama kemudian Ibu Anna Kumari datang diantar cucu yang mendorong
kursi rodanya. Meski baru sembuh dari sakit, perempuan kelahiran 10 November 1946 itu masih bersemangat untuk mengikuti rangkaian acara Rebu Kasan.
Asal Mula Rebu Kasan
Beberapa sumber menyebutkan konon tradisi Rebu Kasan atau
Rebo Wakasan bermula Pulau Jawa khusunya daerah Kudus Jawa Tengah. Ulama Abdul
Hamid Quds yang berasal dari Kudus
menulis kitab Kanzun Najah Was-Surur Fi Fadhail Al-Azminah
wash – Shuhur. Adalah buku kumpulan doa dan amalan untuk tiap bulan hijriyah.Lengkap
dengan kutipan ayat dan hadis-hadis yang mendasari amalan.
Dalam kitab tersebut Kiai Abdul
Hamid Quds mengutip pesan para wali Allah tentang 320.000 marabahaya yang
diturunkan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.Nah, Kiai Abdul Hamid Quds
yang lama tinggal di Saudi Arabia ini menganjurkan umat Islam untuk melakukan
sholat sunat. Untuk mohon perlindungan dari marabahaya yang mungkin ditemui
dalam kehidupan sehari-hari.
Tradisi Rebu Kasan dibawa menyebar ke seluruh nusantara
oleh murid-murid dari Kiai Abdul Hamid Quds. Meski ritual utamanya dalah sholat sunnah dan doa tolak bala. Tapi tiap daerah kemudian punya tradisi
Rebu Kasan yang diwarnai budaya lokal.
Beramai- Ramai Mandi Safar di Sungai Musi
Nah,muatan lokal dalam Rebu Kasan di Palembang adalah tradisi mandi safar yang diadakan di Sungai Musi. Di pagi hari Rebu Kasan masyarakat Palembang terutama lelaki dan anak-anak ramai-ramai mandi di Sungai Musi.
Sejak kondisi air Sungai Musi semakin tidak sehat,maka
Mandi Safar dilakukan di rumah masing-masing. Setelah mandi Safar, ritual Rebo
Kasan dilanjutkan dengan sholat Sunnah Mutlak Berjamaah.
Shalat Sunnah Rebo Kasan Dan Doa Tolak Bala
Sebelum sholat dimulai panitia membagikan kertas fotokopian yang berisi keterangan tata cara sholat sunnah Rebu Kasan dan doa tolak balanya. Setelah semua siap, Ustad Kiagus Amin Wahid memulai sholat sunnah mutlak Rebu Kasan
Sholat 4 rakaat dengan satu salam,dari berbagai sumber disarankan untuk membaca niat sholat sunnah mutlak atau sunnah hajat saja. Setiap rakaat membaca:
- Al Fatiha 1x
- Al Kautsar 17x
- Al Iklash 5x
- Al Falaq 1x
- An Nas 1x
Sholat Sunnah Mutlak diakhiri
dengan membaca doa tolak bala.Kuhitung setidaknya kami melaksanakan sholat
hampir 30 menit.
Bekela,berbagi makanan saat Rebu Kasan
Usai sholat kami beramai-ramai
menuju ke dockyard di tepi Sungai Musi. Acara selanjutkan adalah berbagi
makanan dan makan bersama atau yang disebut Bekela.Kue-kue sudah tersusun rapi
di atas ambal yang dibentang di bawah pohon beringin.
Beberapa tamu penting datang beriringan.Diantaranya Sultan Fauwaz yang bergelar Sultan Mahmmud Badarudin IV.Hadir juga Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang dan beberapa staff.
Usai
beberapa sambutan,tetamu dipersilakan untuk mencicipi hidangan. Setelah foto bersama,
kamipun pamit pada Bu Anna Kumari sebagai tuan rumah.
Dalam perjalanan pulang,aku
teringat cerita seorang paman. Dulu acara Rebu Kasan sangat meriah. Untuk acara bekela setelah
sholat,mereka akan patungan menyewa perahu untuk piknik di sekitaran Sungai
Musi.
Rebu Kasan masuk dalam daftar tradisi yang hampir sirna dari ingatan warga Kota Palembang. Untung masih ada Ibu Anna Kumari beserta keluarga yang mau meluangkan waktu,tenaga dan tentu saja biaya untuk terus melestarikan acara ini.
Semoga tahun depan Rebu Kasan dapat diikuti lebih banyak
lagi warga Palembang.donasaurus.com
Tags : Traveling
14 Comments
Masya Allah ya Ibu Anna masih meneruskan tradisi yang sudah jarang dilakukan. Tadinya saya pikir beliau masih sekitar 50-an usianya, rupanya sudah sepuh tetapi masih bersemangat dan anak2nya pun meneruskan tradisi Rebu Kasan ya. Semoga sehat2 selalu Ibu Anna.
ReplyUnik ya ada tradisi Rebu Kasan, yang sebetulnya dibawa dari Tanah Jawa. Beberapa tahun lalu aku ke Masjid Demak, juga ada penjelasan sih, bahwa syiar Islam menyebar dari Jawa sampai Palembang. Bagus acaranya, berarti turut melestarikan sejarah budaya.
ReplySaat saya kecil seingat saya ada tradisi Rebo Wekasan di kampung saya, Kediri - Jatim. Lama merantau saya enggak tahu lagi apa masih ada. Serupa dengan Rebu Kasan di kota Palembang. Salut pada Ibu Anna Kumari beserta keluarga yang mau terus melestarikan acara ini.
ReplyWaah, saya baru tahu dengan Rebu Kasan ini Mbak. Seru juga ya bisa hadir dan mengikuti acaranya langsung. Terbayang meriahnya tepi sungai Musi dipenuhi orang-orang. Belum lagi Sholat berjamaan dan ditutup dengan jamuan dengan aneka masakan Palembang.
Replykalau di tempatku rebo kasan ini lebih dikenal dengan arba musta'mir kayaknya. beberapa masih ada yang percaya dengan hal ini namun ada juga yang tidak. kalau soal ritual kayaknya kalau di tempatku lebih ritual pribadi gitu
Replywah aku baru tahu ada istilah rebu ksan ini. kalo di jawa suro-an apa mirip ya mbak. mengawlai tahun baru hijriyah
ReplyBeberapa hari yg lalu, dr mushala dekat rumah terdengar suara orang mengaji setelah jamaah Isya, tumben bgt. Penasaran bgt, akhirnya aku tanya ke suami. Trs suami bilang kl lg Rabu Wekasan dan akhirnya aku didongengin. Baca artikel ini makin paham dan mengerti apa itu Rabu Kasan
ReplyWah ternyata oh ternyata tradisi ini seperti ini ya. Jadi tahu tapi tetap saja semoga kita senantiasa melaksanakan ibadah dengan mengikuti Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam..
ReplyTradisi Rebo Wakasan ini aku pikir hanya ada di Pulau Jawa, ternyata di Palembang juga diadakan yaa..
ReplySemoga akhir bulan Safar, kita semua tetap diberi kemudahan dan perlindungan oleh Allaah serta dijauhkan dari keburukan.
Suka salut sama orang - orang yang berjuang menjaga tradisi indonesia. Ibu anna yang baik hati meluangkan waktu dan tenaga agar banyak mengenal tradisi rebu kesan
ReplyOh ada acara serperti ini juga ya. Menarik sekali, semoga terus lestari ya. Diperkenalkan ke anak muda supaya mau melestarikan
ReplyBaru tahu ada tradisi rebu kasan, namanya tradisi memang harus dilestarikan dan diteruskan ke generasi selanjutnya, jangan dibiarkan putus dan bahkan hilang apalagi tradisi rebu kasan
ReplyTardisi yang unik
ReplySayang jika harus tergerus oleh zaman ya mbak
Sebab, ini adalah salah satu bentuk kekayaan bangsa
di tempat saya juga ada budaya ini kak, dan biasanya kami akan sholat dan ibadah serta berdoa agar selalu dilindungi oleh Allah SWT, ternyata di tempat lain pun banyak ya yang melakukan
Reply