November 19, 2023

Bidar Perahu Perang Dari Palembang

 Bidar Palembang Menjaga Ingatan Sejarah Sriwijaya

Lomba Bidar di Sungai Musi Palembang - dok Gatra

Waktu terbaik untuk berkunjung ke Kota Palembang adalah sekitar minggu ke dua di bulan Agustus.Karena saat itu di kota Palembang mengadakan lomba Bidar. Dan sampai sekarang belum ada, event budaya yang menandingi ramainya penonton lomba Bidar  17an di Sungai Musi.

Legenda Lomba Bidar Palembang

 Menurut legenda yang diceritakan turun-temurun. Lomba Bidar bermula dari kisah cinta segi tiga. Antara dua pemuda  bernama Dewa Jaya dan Kemala Negara dengan seorang gadis bernama Dayang Merindu.

Setelah  seri dalam pertandingan silat, kedua pemuda  sepakat untuk melanjutkan kompetisi perebutan Dayang Merindu dengan lomba Bidar. Yang menang berhak menikahi  Dayang Merindu. Singkat cerita, karena kelelahan mengayuh Bidar. kedua pemuda yang tengah dimabuk cinta  itu akhirnya meninggal.

Dari sisi sejarah ada keyakinan bahwa  balap perahu serupa Bidar sudah diadakan sejak zaman Sriwijaya. Hal ini dasarkan topografi Palembang yang didominasi rawa dan sungai yang mendukung pemanfaatan perahu sebagai alat transportasi. Argumen diperkuat  temuan arkeologi berupa perahu lesung dan prasasti yang berkaitan dengan perahu.

Salah satunya adalah prasasti Kedukan Bukit bertanggal 17 Juli 683 masehi. Isi prasati mengabarkan Baginda Dapunta Hyang berlayar dengan perahu ke kawasan wanua baru di tepian Sungai Musi. Pemukiman tepi sungai yang kemudian berkembang menjadi Palembang. Ibu kota Sriwijaya Kerajaan Maritim terkuat di nusantara.

 Dokumentasi  tertulis dan foto penyelengaraan lomba bidar  di Sungai Musi baru ada  pada  masa kolonial Belanda (1825-1945 ). Pada zaman keresidenan Palembang lomba Bidar jadi annual event untuk merayakan ulang tahun Ratu Wilhelmina. Setelah Indonesia merdeka lomba Bidar tetap diselengarakan pada bulan Agustus. Karena kebetulan Republik Indonesia juga lahir di bulan Agustus.

 Sebelum lanjut ngobrolin lomba bidar, gimana kalau  kita kulik sedikit mengenai pembuatan perahu Bidar . Meski Lomba Bidar  identik dengan  Kota Palembang,tapi olahraga tradisional ini sebenarnya milik seluruh Sumatera Selatan (Sumsel).

Tak heran dulu galangan perahu Bidar  tersebar di seluruh Sumsel.Terutama wilayah yang dilintasi sungai-sungai besar dan dekat kawasan hutan penyedia  bahan baku kayu. Ngomong-ngomong soal kayu sebagai bahan baku pembuatan Bidar. Kiranya ada perbedaan antara Bidar Kayu dan Bidar Papan.

Kayu dan papan sepertinya sama,tapi dalam proses pembuatan Bidar keduanya berbeda. Bidar kayu terbuat dari satu gelondong batang yang dilubangi tengahnya. Bentuknya tidak sebagus Bidar papan, tapi  Bidar kayu sangat kuat.Bidar kayu atau  sering juga disebut perahu lesung  sekarang sudah tidak dibuat lagi di Sumatera Selatan.

Nah,Bidar besar (besak ) yang sekarang digunakan untuk lomba bidar di Sungai Musi masuk kategori Bidar papan. Dibuat dari kayu yang sudah berubah bentuk, menjadi  papan, sento dan balok.

Sebagai perahu balap, Bidar besak punya spek yang mengesankan.  Panjangnya  26 meter. Bagian terluas perahu  lebarnya 137 cm.Tinggi perahu diukur dari bagian paling dalamnya  adalah  70 cm.

Bidar Adalah Perahu Perang

Berbeda dengan narasi yang selama ini yang menyebut bahwa  Bidar adalah akronim dari biduk lancar.Ternyata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bidar diartikan sebagai perahu perang. Suatu gelar yang tidak diberikan pada sembarang perahu.

Perahu perang adalah julukan yang menandakan  fungsi Bidar pada zaman dahulu. Pada masa Kesultanan Palembang Darussalam ada Bidar Pecalang. Mirip bentuknya dengan Bidar besak tapi beda ukuran.

Pecalang digunakan sebagai perahu patroli keamanan sungai dan  kendaraan dinas pejabat kesultanan. Panjangnya 18 meter dan dilengkapi  atribut khusus. Atribut menunjukan jabatan pemilik atau gugus tugas Pecalang tersebut.

Zaman now, Bidar sudah tidak lagi membawa pejabat atau  prajurit  menuju medan laga.Tapi perahu ini masih memiliki ciri perahu perang.

Bidar besak  yang berlomba di Sungai Musi dapat memuat  58 awak perahu. Jumlah yang setara dengan 1 pleton tentara. Personel yang direkut masuk regu Bidar juga tidak sembarangan.Harus memiliki kompetensi dibidangnya. Layaknya satuan militer, pleton Bidar juga punya struktur organisasi dan  rantai komando.

perahu bidar palembang
Formasi crew lomba bidar Palembang

Pleton  Bidar terdiri dari, satu Juru Batu, satu  Juru Mudi, satu Tukang Penyimbur, satu Penabuh Gong, satu Tukang Timbo dan 53 orang  pendayung.

Tugas Juru Batu sebagai Komandan Pleton (Danton). Juru Batu berada di haluan mengamati lawan dan mengatur strategi. Bila diperlukan Juru Batu  memberi komando dengan suara  dan gerakan isyarat menggunakan kain atau bendera.

Berikutnya ada Juru Mudi yang berjaga di buritan Bidar. Tugasnya mengarahkan dan menjaga keseimbangan perahu saat menerobos arus. Juru Mudi Bidar memegang satu dayung panjang yang fungsinya sebagai pengendali arah haluan.

Ada cerita yang menarik. Konon, bila sudah melewati 1/2 perjalanan dan Juru Batu merasa Bidar mereka tidak mungkin lagi menang. Ia akan memberi kode rahasia pada Juru Mudi. Juru mudi  akan melakukan ‘manuver’ yang membuat Bidar mereka terbalik.

Drama yang dibuat  sebagai alasan tidak bisa melanjutan perlombaan sampai ke garis finish. Memang sudah  jarang dimainkan, tapi drama ini pernah beberapa kali terlihat dalam lomba Bidar di Sungai Musi.

Selanjutnya, masih di buritan  ada seorang Tukang Penyimbur. Simbur dalam bahasa Palembang dapat berarti menyiramkan atau bermandikan. Tukang Penyimbur sangat unik, yaitu menyiramkan air kepada para pengayuh. Tujuannya  memberikan semangat dan mengurangi efek buruk  sengatan sinar matahari pada para pengayuh.

Bergeser ke bagian tengah Bidar, ada dua personel khusus.Tukang Timbo dan Penabuh Gong. Tukang timba atau dalam logat Palembang disebut  tukang timbo. Apa pula tugas tukang timba dalam perahu?

Jadi gini, waktu seluruh pendayung  gasspool mengayuh  akan ada percikan air yang masuk ke dalam Bidar. Bila dibiarkan  dapat mengangu kosentrasi pendayung dan membahayakan keselamatan pelayaran. Nah,tugasnya Kang Timbo adalah mengeluarkan air dari dalam Bidar.

Agar  tidak mengangu kosentrasi dan ritme pendayung, Kang Timbo harus cermat melihat saat yang tepat untuk menimba air. Kalau melihat alatnya, tugas  Kang Timbo lebih tepat disebut menyerok dari pada menimba air.

perlengkapan perahu bidar
Alat penimbo yang digunakan Tukang Timbo Bidar Palembang

Alat timba yang digunakan untuk Bidar dibuat khusus. Timba yang berbentuk setengah selinder terbuat dari kayu dan seng. dengan diameter  30cm dan panjang 32 cm. Sekilas bentuknya mirip kaleng literan beras yang dibelah dua lalu diberi pegangan kayu di tengahnya.

Personil lain yang ada dalam bidar adalah Penabuh Gong. Penabuh  atau tukang pukul gong  harusnya selalu ada dalam lomba Bidar besak di Sungai Musi. Penabuh gong yang berdiri di tengah Bidar membawa satu gong perunggu dengan diameter 35 cm.

gong dalam perahu bidar palembang
Gong jadi alat penyebar informasi dalam lomba Bidar Palembang 

Selain untuk memacu semangat, suara gong digunakan sebagai ‘penyambung lidah’ Juru Batu. Bila Juru Batu  memberi komando agar pendayung mempercepat kayuhanya. Penabuh gong akan memukul gong dengan cepat dan kencang pula.Saat gong berhenti pertanda semua awak harus bersiap melakukan manuver penghentian laju bidar.

Perbedaan Perahu Bidar  Dan Perahu Naga

Ada sedikit cerita perihal minimnya informasi tentang tata laksana dan kelengkapan dalam lomba Bidar di Sungai Musi. Banyak  konten creator juga wartawan  media massa yang  menyimpulkan Perahu Bidar  sama dengan  Perahu Naga. Kemudian mereka membuat narasi  seputar Lomba  Bidar di Sungai Musi, berdasarkan asumsi bahwa Bidar sama dengan Perahu Naga.

Nyatanya  Bidar dan Perahu Naga amat berbeda.Baik dari sejarah, bentuk,tata laksana dan perlengkapan yang digunakan.  Dan yang paling sering tertukar  dalam ilustrasi  maupun narasi  adalah Penabuh Gong  dan Juru Batu.  Penabuh Gong sering diganti dengan  Penabuh Genderang  Perahu Naga.Sedang  Juru Batu disebut sebagai Juragan.

dayung perahu bidar palembang
 Alat dayung atau padle dalam perahu bidar Palembang

Sebagai perahu tanpa layar  tanpa mesin, Bidar  hanya mengandalkan tenaga  pendayung. Jadi,bisa dibilang pendayung adalah inti dari pleton Bidar. Jumlah pendayung dalam satu Bidar Besak  adalah 53 orang.

Syarat  menjadi pendayung Bidar yang pertama tentu saja harus terampil mendayung. Walaupun jarak tempuh  lomba bidar di Sungai Musi hanya sekitar 2 kilometer. Tetapi tantangannya sama,dengan mendayung perahu di tengah laut yang bergelombang. Sebab itu penting sekali memilih pendayung, yang menguasai berbagi  teknik mengayuh.

Selain sehat jasmani dan rohani, berat dan  tinggi badan pendayung bidar juga harus seimbang. Dua hal ini penting karena dapat  mempengaruhi, berat dan  kecepatan laju Bidar saat berlomba.

Senjata Organik  Pengayuh Bidar

Seperti yang sudah kita obrolin di atas, Bidar juga punya alat kelengkapan  yang menentukan keberhasilan misi mereka. Kalau tentara memiliki senjata organik, maka  senjata organic awak perahu Bidar adalah dayung.

Alat pengayuh Bidar bisa disebut organik, karena hanya berfungsi secara optimal jika digunakan untuk mendayung  Bidar. Dayung Bidar terlalu ringan,terlalu panjang atau terlalu lebar, sehingga tidak sangkil dan mangkus digunakan mengayuh perahu jenis lain.

Ada tiga macam dayung yang digunakan saat mengikuti lomba balap Bidar.  53 Dayung penggerak yang digunakan  para pengayuh Bidar. Panjangnya 133 cm dengan lebar bagian daun  25 cm. Satu dayung khusus yang digunakan Juru Mudi. Dayung kemudi Bidar memiliki ukuran panjangnya  189 cm dengan lebar daun  40 cm. Terakhir  ialah satu  dayung penyimbur  yang panjangnya 166 cm  dengan lebar daun 35cm.

Ikon  Kebanggaan Orang Sekampung

Seumpama pasukan tentara yang akan menjalankan misi. Sebelum turun berlomba anggota regu Bidar juga dibriefing dulu.  Dalam musyawarah mereka mendiskusikan persiapan alat, latihan bersama, dan kapan waktu yang baik untuk membawa bidar turun ke sungai.

Melihat ukurannya tentu perahu ini tidak bisa parkir sembarangan di sungai. Setelah pulang dari lomba, Bidar akan  bawa naik ke darat. Diletakan di atas rak kayu dalam sebuah  gubuk yang memang dibuat sebagai garasi perahu balap. Bidar beristirahat sampai perlombaan berikutnya.

 Sebagai ikon budaya dan kebanggaan komunitas, perlombaan Bidar jadi agenda penting di kampung. Tua,muda,lelaki,perempuan terlibat  dalam persiapan lomba.

Penuruan Bidar ke sungai termasuk bagian penting dalam rangkaian persiapan mengikuti lomba. Diawali dengan doa dan ritual adat, yang dihadiri pemuka masyarakat serta awak perahu. Kemudian secara bersama-sama, Bidar diturunkan ke sungai.

Ada yang unik. Menurut tradisi turun-temurun di Ogan Ilir, Bidar yang baru saja turun ke air  tidak boleh langsung dinaiki. Bidar akan dibiarkan bermain-main dulu dengan arus sebentar. Sedang anggota regu akan menunggu di tepian.Setelah  perahu tenang dan menepi sendiri, barulah pendayung diizinkan  menaikinya.

Sehari menjelang lomba, Bidar akan dikayuh menuju lokasi start di Sungai Musi. Pelayaran menuju Palembang menarik perhatian masyarakat disepanjang perjalanan. Iring-iringan Bidar dan perahu pendukungnya  jadi parade promosi. Besok lomba Bidar bidar akan berlangsung di Palembang. Ayo ramai-ramai kita nobar!

Tradisi nonton bareng lomba Bidar ada juga sejarahnya. Dulu, tiap kampung di tepian Sungai Musi memiliki setidaknya satu regu Bidar. Saat regu Bidar kampung mereka berlomba, seisi kampung akan datang nobar di tepi Sungai Musi.

Bidar, Nobar, Dan Kuliner Khas 17an

Meriahnya lomba Bidar memberi dampak ekonomi secara langsung bagi masyarakat. Keramaian yang berlangsung lebih lama dari durasi lomba,menjadi inspirasi lahirnya tradisi baru di Kota Palembang.

Jajanan tradisional dan mainan khas 17an,yang cuma muncul di bulan Agustus. Salah satunya Telok abang, yang jadi the most wanted mainan anak di bulan Agustus. Telok abang adalah telur rebus yang kulitnya diberi pewarna merah. Telok abang dijual satu paket, dengan miniatur pesawat atau kapal yang terbuat dari kayu gabus. 


Kuliner Khas 17an Palembang


 Koreksi  Sebelum  Hilang Dari Ingatan

Keberadaan  Bidar tidak bisa dipisahkan dari perjalanan sejarah  dan perkembangan Kota Palembang. Kristalisasi dari berbagai unsur sosial budaya yang mempengaruhi masyarakat Palembang dari setiap masa.membuat Bidar  unik dalam tata laksana dan kelengkapan.

Keunikan  yang kemudian menjadikan Lomba Bidar Palembang pada tahun 2016 diakui, sebagai Warisan Budaya  Tak  Benda Nasional (WTBN ) dengan nomor  registrasi  201600333.

Predikat  Lomba Bidar sebagai warisan budaya tak benda nasional memberi amanat bagi seluruh elemen masyarakat Sumatera Selatan untuk  menjaga orisinalitasnya. Mempertahankan keunikan Bidar dapat dimulai dari penyebaran informasi yang tervalidasi.

Penting untuk mengoreksi misinformasi yang beredar  seputar Bidar dan lomba bidar. Karena  dalam jangka panjang kutipan-kutipan yang tidak jelas sumbernya akan mengakibatkan hilangnya ingatan public. Tentang nilai historik dan heroik  yang  terkandung dalam Bidar.

Informasi yang benar  akan sangat membantu  menjaga memori kolektif masyarakat Sumatera Selatan khususnya Palembang  sebagai pewaris tradisi maritim Sriwijaya.***

Referensi

  • Peralatan Tradisional Kesenian dan Hiburan Daerah Sumatera Selatan

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan - Jakarta 1987

  • Alat  Angkutan Air Tradisional Di Sumatera Selatan

Dirjen Kebudayaan- Proyek Pembinaan Permuseuman Sumatera Selatan

Palembang  1991/1992


Tags :

bm
Created by: Donasaurus

Feel free to connect with me on social media or leave me a comment lways be super happy to have a little chat about your ideas and opinions Love Dona

15 Comments

Paling seneng klo ke daerah itu suka banyak lomba2 tradisi tiap tahun termasuk lomba Bidar di Palembang. Klo di Riau lomba mobil pawai sama lomba pelita tiap ramadhan

Reply

Unik ya lomba bidar di Palembang ini. Kira-kira sama ga ya dengan Pacu Jalur di Kuansing? Aku pernah lihat yg Pacu Jalur ini.
Jadi penasaran pengen lihat juga lomba Bidar di Palembang

Reply

Wah, seru sekali topik pembahasan mengenai Bidar ini, Kak. Gaya penulisan Kak Dona juga ok banget, jelas dan enak buat diikuti. Makasih banyak insightnya. Semoga kapan-kapan bisa nonton Lomba Bidar di Palembang. <3

Reply

Pengiiin banget bisa datang ke lokasi dan nontooonn
pasti seru, meriah dan banyaakkk bgt cerita indah yg bs didapatkan.
aakkk, moga2 ada rezeki saya bs cuss ke sanaaa

Reply

Oh lomba Bidar 17an di Sungai Musi ini berbeda dengan lomba dayung yaa.. Karena menjadi cabang olahraga yang dilombakan juga di beberapa kejuaraan dunia.

Kalau menyaksikan secara langsung lomba Bidar 17an di Sungai Musi, aku pasti ikutan heboh memberikan semangat untuk peserta yang berlomba. Bener-bener seru.

Reply

Suka banget nih sama hal-hal tradisional dan mengandung sejarah, ternyata Palembang juga punya Bidar, perahu perang yang khas bentuknya.

Reply

Artikel ini sangat menarik
Membantu pembaca lebih memahami kebudayaan palembang
Agar tradisi maritim yang dimiliki tetap terjaga

Reply

Wow ternyata ada sejarahnya ya, aku waktu kecil kalau diajak pulang kampung ke Palembang sering nonton, soalnya rumah alm nenek di pinggir sungai musi, kampung 2 ulu. Jadi kangen pingin nostalgia ke Palembang lagi.

Reply

Wah, senang sekali membaca sejarah lomba Bidar di Palembang ini. Saya baru tahu bahwa Bidar ini sudah dimulai sejak era Sriwijaya. Selain itu ada juga dikaitkan dengan legenda Dewa Jaya dan Kemala Negara yang berakhir tragis. Seru rasanya kalau bisa menyaksikan langsung lomba Bidar ini kapan-kapan.

Reply

BAngga menjadi warga Indonesia, ragam budayanya luar biasa. Saya baru tahu tentang Bidar ini, yang ternyata adalah perahu perang, bentuk kapalnya pun unik ya. Warisan yang harus dijaga agar anak cucu pun mengetahu tentang hal ini

Reply

Sangat mengedukasi sekali. Apalagi tentang sejarah Palembang . Saya baru tahu sekarang

Reply

Terima kasih sudah menceritakan tentang bidar, perahu perang dari Palembang. Noted, kalau ke Palembang sekitar minggu ke dua di bulan Agustus agar bisa menyaksikan keseruan lomba Bidar 17an di Sungai Musi.

Reply

MasyaAllah serunya bisa liat lomba tradisional kayak gini tuh jadi sebuah kepuasan sendiri ya, dan ternyata perahunya juga nggak bisa ditaruh sembarangan gitu aja.

Reply

Saya sering melihat bidar perahu ini di Toktok, seru banget dan musiknya candu banget, ternyata menjadi salah satu warisan budaya Indonesia, bangga banget dan patut dilestarikan

Reply

Wah seru sekali ya mba, tradisi turun temurun yang masih lestari. Mesti diingat nih kalau ke palembang pas ada acara bidar ini

Reply
Connect