Sejak iparku terindikasi menglamai Alzheimer dan atau Demensia ( ada pendapat mengatakan keduanya berbeda jadi harus disebut satu –satu
) kakakku mulai pusing. Hal-hal
sepele, tapi lumayan menyebalkan sering kali bikin suasana rumah mereka jadi
meriah dengan teriakan.
Diriku pengen bantu, atau kasih saran tapi gak
ngerti mau ngomong apa.
Akhirnya, surfing sana-sini ( lebih banyak dari
situs-situs perawatan lansia luar negeri ) untuk mendapat info soal gejala Alzheimer dan atau Demensia.
Saking seriusnya, udah ndaftar
sebagai relawan ( belum dikonfirmasi) pada komunitas Alzheimer Indonesia.
Apa gunanya ?
Untuk mengatur strategi dalam menjaga orang tua dengan gejala Alzheimer dan
atau Demensia. What Strategiiiii?
.......gak ketinggian cin ngomongnya.
.......gak ketinggian cin ngomongnya.
Yang sudah pernah berurusan, dengan Alzheimer dan Demensia pasti tahu kalau strategi atau perencanaan penting banget untuk kemaslahatan yang tua dan yang muda.
Artikel tentang
Alzheimer kemarin, mendapat komen baik di blog maupun media sosial ku. Ada yang
bilang penjelasanku terlalu dangkal, dan langsung bilang website yang jadi refrensiku soal Alzheimer
dan atau Demensia itu abal-abal.
Ginih loh bro,
artikel ini dibuat bukan dalam kapasitas saya sebagai dokter jiwa. Tapi lebih
kepada sharing pengalaman hidup. Dan buktinya, beberapa komen bercerita orang
terdekat mereka mengalami gejala yang
sama.

Diriku hanya fokus
, bagaimana berbagi strategi yang memudahkan hidup caretaker dengan tidak
mengabaikan keselamatan orang-orang tua kita.
Berikut beberapa
strategi dari pengalaman caretaker ( penjaga) Alzheimer dan atau Demensia dalam menjaga orang tua mereka.
1. Kartu Identitas
Mereka, dapat menjadi sangat pelupa. Karena itu catatlah nomor telepon
keluarga (sebaiknya beberapa nomor ) dan alamat rumah.
Catat dalam semacam kartu/ kertas tebal dan
masukan dalam tas/dompet yang sering di bawa penderita.
Bila kondisi sudah tidak memungkinkan,belilah semacam kantong ID card yang dapat di kalungkan dileher penderita.
Ya, kalau gak enak liatnya mungkin bisa disembunyikan di balik baju . Bisa juga cari ID card kecil dengan peniti yang di pasang di bagian dalam baju.
Tujuanya,bila nenek-kakek tersesat mereka, dapat meminta bantuan dari orang yang ditemui dengan menunjukan
kartu tersebut.
Bila kondisi sudah tidak memungkinkan,belilah semacam kantong ID card yang dapat di kalungkan dileher penderita.
Ya, kalau gak enak liatnya mungkin bisa disembunyikan di balik baju . Bisa juga cari ID card kecil dengan peniti yang di pasang di bagian dalam baju.
2. Jangan Memaksa
Jangan memaksa mereka untuk
mengingat, atau melakukan suatu hal dengan cepat dan benar. Kondisi mereka, sudah tidak mungkin lagi. Pemaksaan justru
dapat membuat mereka semakin tertekan dan cemas hingga memperburuk
keadaa.
Ada cerita tentang nenek,jadi suka "ngompol" karena diomelin terus sama cucunya.
Ada cerita tentang nenek,jadi suka "ngompol" karena diomelin terus sama cucunya.
3. Komunikasi dan
kerjasama dalam keluarga
Berilah pengertian
kepada anggota keluarga yang lain , terutama anak-anak dan remaja mengenai
kondisi kakek/nenek mereka .
Anak kecil dan remaja, biasanya kurang peka karena tidak mengerti apa yang dialami nenek-kakek.
Anak kecil dan remaja, biasanya kurang peka karena tidak mengerti apa yang dialami nenek-kakek.
Ajak pasien
ngobrol,sesering mungkin bercerita mengenai pengalaman hari ini, atau
cerita-cerita nostalgia yang lucu dan bahagia . Hal ini, membantu kakek-nenek untuk memusatkan perhatiannya. Hindari topik yang
membuat mereka merasa sedih,marah atau mengungkit trauma masa lalu.
4. Malam Hari -
sebelum tidur
Perilaku mereka, biasanya memburuk di malam hari. Merasa
asing , sendiri dan bingung. Bila memungkinkan, jangan membiarkan orangtua tidur sendirian.
5. Perhatikan
Keamanan Rumah dan Lingkungan Sekitar
Bila sudah
mendapat kepastian,melalui pemeriksaan dokter bahwa anggota keluarga kita
positif Alzheimer / Demensia dapat informasikan pada Pak RT,pada petugas
keamanan kompleks,tetangga terdekat kiri kanan atau depan rumah .
Tujuanya, bila
mereka terlihat keluar rumah sendiri atau berprilaku tidak wajar dapat segera
mengabari anggota keluarganya.
6. Tetap Aktif di
Siang Hari
Ajaklah mereka untuk berjalan-jalan sebentar, di pagi hari. Selain untuk berolahraga ,
juga mengurangi timbulnya gejala wandering.
Wandering - keadaan di mana penderita tiba-tiba berjalan sendiri tanpa arah dan tujuan yang jelas.
7.Dampingi
mereka dalam menyelesaikan urusan hukum dan keuangan.
Misal
mengurus asuransi atau masalah harta benda. Jangan sampai kondisi
mereka,dimanfaatkan pihak tertentu untuk
mengambil keuntungan.
Ada juga cerita, Ayah mereka diakalin temenya untuk membeli tanah yang gak jelas statusnya.
Ada juga cerita, Ayah mereka diakalin temenya untuk membeli tanah yang gak jelas statusnya.
8. BERSABAR
Tentu
tidak mudah, apalagi kalau kita juga punya kesibukan yang menyita waktu . Kerjasama,dalam keluarga sangat penting.
Mengingat begitu banyak hal yang harus disesuaikan dengan kebutuhan dan waktu orangtua. Bisa mulai dibicarakan, tentang pembangian waktu jaga ( terkesan serem tapi memang begitulah kenyataanya) dan sebagainya.
Mengingat begitu banyak hal yang harus disesuaikan dengan kebutuhan dan waktu orangtua. Bisa mulai dibicarakan, tentang pembangian waktu jaga ( terkesan serem tapi memang begitulah kenyataanya) dan sebagainya.
Sementara ini,
hanya sebegitu yang bisa dibagi, kalau yang lain punya pengalaman, atau tips menjaga mereka silakan berbagi di komen.
Ok thank you for coming.
18 komentar:
Saya pernah nonton cfilm Korea berjudul "A Moment to Remember" indah sekaligus menyedihkan. Ya, demensia memang buruk akibatnya bagi diri sendiri dan anggota keluarga lain. Seakan ada penghapus di kepalaku.
Salam kenal, Mbak. :)
Benar Rohyati,karena keluarga kurang faham gejala Demensia.Tidak ada gambaran strategi yang akan digunakan untuk membantu orang tua atau saudara dengan kondisi tersebut.Semoga semakin banyak yang sadar dan bisa menemukan strategi menjaga orangtua dengan gejala Alzheimer dan Demensia.Thanks sudah mampir
makasih sharingnya
You welcame Tira
semoga orangtua saya tidak mengalami dimensia atau alzhemimer mbak, mengingat kondisi beliau sudah renta.
Terimakasih sharingnya, paling tidak ini meberikan pengetahuan awal bagaimana mengatasi penderita seperti mereka, seorang caretaker
nice post.. tulisannya bagus,rapi dan mudah dipahami.
jadi tambah wawasan saya,thanks
Thanks sudah mampir,semoga Orangtua bro Sabda selalu sehat.
Semoga bermanfaat thanks sudah mampir Dirga
Tiap bayangin yang ngalamin alzheimer dan demensia ini, hati luluh dah. Jadi inget almarhum nenek yang kadang udah lupa naro ini itu, udah makan atau belum. Orang yang ga ngerti kadang jadi salah paham.
Bener itu,kadang yang sehat suka terpancing emosi.Perlu bener kerjasama dalam merawat mereka.Thanks sudah mampir Lasma
Terima Kasih sharingnya n Salam kenal mba
Terimakasih sudah mampir salam kembali Ninin
Ada tetangga saya yang sudah sepuh, tinggal sendiri karena suaminya sudah meninggal. Anak tidak punya. Sering ngajak ngobrol kalau pas ketemu saya tapi besoknya tanya lagi hal yang sama.
Terus beberapa kali beliau kedapatan nunggu bank buka (rumah dekat bank) malam hari. Ketika ditanya, "Mau ambil uang." Dikiranya itu pagi hari, subuh,gitu.
Itu termasuk demensia plus wandering kah, mbak?
Alhamdulillaah sekarang beliau udah pindah, dirawat saudaranya.
ehmmm... ada orangtua terdekat kami yang juga udah pelupa mbak. Yang saya khawatirkan orang sekitar bisa kesal dengan dia karena sering mengulang-ulang sesuatu. Semoga beliau tetap sehat2 walafiat
Bapakku sudah mulai pelupa. Tapi tidak berat dan masih bisa dipahami. Mungkin karena usia juga. TFS ya mbak.
Kalo denger critanya sih iya demensia.Tapi untuk lebih pasti sudah ada testnya.Sukurlah kalau beliau sdh ada yg jaga, kasihan juga kalau sendirian bisa ngelayap jauh terus nyasar.Thanks sudah mampir Diah
Memang itu suka jadi biang keributan.Itu tadi emang perlu pengertian dari orang yang tinggal satu rumah.Kalau kita terbawa emosi yang tua bisa stress.thanks sudah mampir lidha
Salam untuk bapaknya,semoga bapaknya Nur sehat terus.thanks sdh mampir
Posting Komentar