Asiknya Belajar Bersama di Museum Sultan Mahmud Badaruddin ll Palembang
Museum Sultan mahmud Badaruddin II Palembang |
Ada 111 museum provinsi dan
20 Taman Budaya, yang tersebar di
seluruh Indonesia.Kesemuanya memerlukan biaya perawatan dan oprasional yang tidak
sedikit.
Tiket masuk adalah salah satu sumber dana yang diharapakan mampu,
menutupi biaya oprasional museum.
Sunyi sepinya pengunjung
museum ini, bahkan sudah jadi ‘masalah nasional’.
Untuk memberi alasan masyarakat kembali
berkunjung ke museum, Dirjen Kebudayaan ( Kemdikbud) sudah meluncurkan
program, Museum Dihatiku dan
Belajar Bersama di Museum.
Mas Ade kasih trik dan tips di kelas belajar bersama fotograpy |
Kapan terakhir kamu berkunjung ke salah satu museum di
Indonesia?
Yang masih pelajar mungkin
menjawab, dua tiga tahun lalu. Yang
sudah tamat belajar mungkin akan menjawab, seribu tahun lalu
Pak Hilman Farid please maafkanlah mereka,
yang tidak ingat lagi jalan menuju museum ( lebay gak seeeh ....)
"Visiting museum is a matter of going from void to void " Robert Smithson
Belajar Bersama Museum
Menjelang Hari Museum nasional pada 12 Oktober 2019 unit kerja (Sie) Permuseuman dan Bangunan Bersejarah Dinas
Kebudayaan Palembang, mengadakan beberapa kegiatan Belajar Bersama di Museum.
Minggu 30 Juni 2019 kemarin
diriku antusias banget mengikuti,
belajar bersama fotografi di Museum Sultan Mahmud Baddarudin.
Belajar Fotografi
Kelas belajar bersamanya
asik banget,Mas Ade Yovi dari Asosiasi Profesi Fotografi Indonesia (Pengda
Sumsel) kasih banyak tips soal fotografi untuk pemula.
Mas Ade sabar banget
menghadapi tingkah pola peserta, termasuk juga menjawab pertanyaan - pertanyaan
ndeso dari saya.
Gak cuma itu peserta Belajar
Bersama Di Museum langsung diajak, praktek memotret koleksi museum dan food photoghrapy.
Pelaminan adat Palembang koleksi Museum SMB II |
Nyimas Ulfah selaku Kepala
Seksi (Kasi) Permuseuman dan Bangunan Bersejarah Dinas Kebudayaan (Disbud)
Palembang mengatakan Kegiatan belajar Bersama di Museum Sultan mahmud
badaruddin sebagai usaha untuk mengenalkan dan mendekatkan masyarakat dengan museum – museum yang ada di
Sumatra Selatan.
Yang belum sempat ikut Belajar Bersama di Museum Sultan Mahmud
Badaruddin, masih ada kesempatan buat ikutan.karena selain gratis, yang
memberikan materi belajar juga orang – orang yang profesional di bidangnya
masing - masing.
Lukisan Sultan mahmud badaruddin II dan Perang Palembang |
Sambil menunggu kedatangan Mas
Ade kami melihat - lihat koleksi, yang
di pamerkan di Museum Sultan Mahmud Badaruddin. Ada beberapa perubahan
pada display dan pengaturan ruang pamer
sejak terakhir saya berkunjung ke sini ( seribu tahun lalu).
Penataan Dan Penambahan Koleksi Museum
Seorang teman (di
Medsos) yang punya hobi mengunjungi museum di seluruh dunia sempat
komen
‘ Waktu yang diperlukan untuk cari parkiran di Plaza Benteng Kuto Besak - beli tiket - naik tangga ke ruang museum lebih lama dari pada waktu yang diperlukan, untuk melihat seluruh koleksi Museum SMB ll ’Pernyataan yang lumayan menohok perasaan saya, sebagai wong Plembang.
Pengelola museum jangan langsung buka jurus menangkis ( yang
dianggap) serangan, woles aja bro jadikan komen itu, sebagai masukan.Mungkin itu alasan utama, kenapa
museum akhirnya sunyi sepi sendiri.
Namanya juga museum pasti
yang ditampilkan adalah benda- benda jadul atau yang dianggap mewakili jaman
dulu.Tapi display museum SMB II ini, agak menghawatirkan.
Koleksi yang dipamerkan terlalu sedikit untuk ukuran museum (utama),yang mewakili Provinsi Sumatra Selatan setelah zaman Sriwijaya.
Sejujurnya gak banyak
benda - benda, yang dipamerkan di museum ini benar- benar berasal dari era yang
diwakilinya ( barang antik ori).
Jadi gak masalah kalau
diperbanyak display barang baru ( barang
KW ), yang dianggap bisa memberikan gambaran suasana kebatinan zaman Palembang
Darussalam.
Meriam Kapal -Koleksi Museum SMB II Palembang |
Keterangan
dan Pemanduan
Saya kurang begitu paham
bagaimana SOP pemanduan di museum Indonesia. Karena kalau di Museum SMB ll,kita
harus bayar fee terpisah untuk jasa pemandu.
Emang sih katanya sukarela
tapi justru kata sukarela itu yang bikin pengunjung malas , mengunakan jasa
pemandu. Lebih baik kalau dituliskan dengan jelas saja tarif kepemanduan itu di
meja ticketing.
Pengunjung yang tidak
mengunakan pemandu, akhirnya keliling sendiri dan keluar sambil ngedumel.
Keterangan pada display amat singkat dengan ukuran
huruf lumayan kecil. Beberapa
keterangan dipasang di dinding belakang display.Sulit dibaca dari batas garis pandang,
yang dibuat pengelola museum.
Cek Ulfah dan team memang
harus kerja keras untuk mengembalikan marwah museum yang ada di Kota Palembang sebagai sumber refrensi utama, sejarah
dan kebudayaan bagi masyarakat kota
Palembang.
Sekarang saingan museum konvensional adalah
kemajun teknologi bernama internet.
Apa saja dari zaman kapan
saja, bisa kita telusuri dalam sekali klik.
Museum - museum di daerah walau dengan segala keterbatasan,dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman. Ngadain event untuk menarik minat berkunjung itu sudah bagus, tapi revitalisasi dan inovasi harus terus berjalan.
Museum - museum di daerah walau dengan segala keterbatasan,dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman.
**** donasaurus
Tags : Traveling