Bagaimana Mendampingi Anak Transgender
Transgender dan Keluarga
Transgender sangat memerlukan keluarga, lebih dari anak - anak lain. Transgender yang mengikuti konseling bersama dr.Renata dan Dr. Errol menyatakan, mereka akan kuat menghadapi segala cobaan, asalkan keluarga menerima mereka.
Sebelum melanjutkan obrolan, aku mau kasih tahu yang belum baca bagian pertama, biar gak gagal paham silakan mampir dulu ke sana
Cinta Tanpa
Syarat
Dr.Renata menjelaskan, orangtua dan keluarga, adalah benteng bagi anak. Riset membuktikan remaja LGBT, yang mendapat support keluarga mempunyai kemungkinan lebih besar, untuk menjadi orang dewasa, yang bahagia,sukses dan sehat secara mental.
Kerjasama Antar Keluarga
Bukanya mau sok – sok baek atau gimana, tapi kamu pernah ngebayangin, bagaimana hidup kawan – kawan transgender?
Nyaris seumur hidup mereka, ditolak,dilecehkan,dibully,bahkan dikriminalisasi.
Kalau mereka bisa memilih,mereka juga enggak mau jadi transgender - Reggy Lawalata
Idealnya setiap orangtua,dengan anak transgendar menjadikan rumah, sebagai tempat perlindungan paling aman.
Seperti yang dr Renata bilang,dukungan keluarga adalah, sumber semangat hidup mereka.
Ajaklah anggota keluarga, yang tinggal satu rumah menjadi bagian dari team sukses.Kita tidak perlu sok jadi, dokter ,atau psykolog,atau ahli prilaku transgender. Yang mereka perlukan, hanya perlakuan yang sewajarnya.
Support Untuk Transgender
Untuk menunjukan kamu peduli,Dr Errol menyarankan bentuk dukungan berupa:
- Hindari kata – kata,dengan konotasi mengejek. Misal memberi nickname bencong, banci, kaleng dan sejenisnya.
- Jangan pula menyindir,perbedaan dan keterbatasan mereka.
- Berikan mereka kesempatan yang sama, seperti adik atau kakaknya yang ‘normal’
- Hargai usaha mereka dan
bantu mengembangkan bakat, yang mereka
miliki. Transgender yang mandiri secara finansial, akan lebih dihargai masyarakat.
- Berikan
pembelaan dan perlindungan, saat mereka minta ataupun tidak.
Reggy dan Mario
Lawalata, adalah contoh baik keluarga yang full support. Mereka berperan besar mendukung Oscar, untuk mandiri dan percaya diri.
Reggy sebagai ibu tidak menyerah begitu saja, pada stigma negatif transgender. Ia mengarahkan,mengakomodir,dan mengiringi,setiap keputusan yang diambil Oscar. Mario sebagai adik, yang notabene adalah lelaki normal, selalu berusaha menguatkan, memberi semangat,dan melakukan pembelaan.
Indikasi Sudah Terjadi Bullying
Transgender diseluruh dunia, adalah sasaran bullying. Ada saja yang bisa, dijadikan olok – olok dari mereka. Bullying dengan kata – kata, kontak fisik seperti pukulan, atau pelecehan, yang ditujukan secara sengaja, untuk menyakiti fisik dan mental.
Dr Errol dan dr Renata,merangkum hal – hal, yang dapat dijadikan petunjuk, bahwa anak sudah mengalami bullying.
- Perubahan Prilaku
Misalnya Buyung
yang selalu ceria, jadi murung dan males keluar rumah. Jadi lebih sensi,mudah marah.
- Masalah disiplin dan Tingkah laku
Tiba- tiba dapet surat, atau dijapri bu guru. Buyung marah dan menonjok muka temanya.Mungkin itu tindakan bela diri, karena ejekan temannya sudah keterlaluan.
- Prestasi Menurun Dan Bolos Sekolah
Jadi males belajar, males berangkat les, bahkan bolos sekolah. Jangan buru – buru marah, coba cari informasi. Ada kejadian apa disekolah,yang bikin buyung trauma.
- Menghindar dari
temana atau tempat tertentu
Perhatikan kalau mereka, seperti sengaja menjauh dari seseorang atau tempat tertentu. Sudah terjadi sesuatu, yang membuatnya merasa tidak nyaman .
Kumpulkan informasi dan bukti perundungan
Curiga ada yang tidak beres, segera tanya. Dengarkan penjelasan, jangan tunjukan emosi yang berlebihan. Beri support dengan pelukan , dan kata – kata yang menenangkan.
Dokumentasikan bila menemukan, tanda kekerasan di badan. Komen – komen tak berahlak di media sosial, juga termasuk kategori perundungan.
- Hubungi Guru
Pada Lizia Djaprie . Psikolog Klinis ( kanal youtube Orami) Oscar bercerita, tentang bullying yang diterimanya di sekolah.
Hari – hari pertama naik kelas, atau pindah sekolah, adalah moment paling menegangkan. Ia cemas memikirkan reaksi orang, yang baru dikenalnya. Oscar mengaku pernah berantem di sekolah. Anak yang lembut ini terbakar emosi, karena perundungan yang sudah sangat keterlaluan.
Begitu mendapat bukti, adanya perundungan. Jangan pula ujuk - ujuk datang, dan marah - marah di sekolah. Sebagai orangtua, kita juga pernah sekolah. Dari pengalaman kita belajar, kadang wali murid juga guru sering lebay.
Masalah yang bisa diselesaikan dalam senyap, malah jadi heboh dan melebar kemana - mana. Sadar atau tidak ini berakibat buruk, pada mental dan kehidupan sosial anak.
Saat datang untuk mengadukan perundungan, idealnya sudah ada bukti. Alat bukti, akan memudahkan guru bertindak. Ingatkan pihak sekolah, untuk bertindak sewajarnya. Alih- alih menyelesaikan masalah, pengerundungan malah makin menjadi.
Pada tahap ini, peran orang dewasa ( orangtua, keluarga dekat,guru) akan sangat vital. Respon kita akan memberi dampak, jangka panjang pada mereka. Bisa jadi lebih baik atau malah lebih buruk.
Siapkan Mental Baja
Rela tak rela bullying, akan terus terulang seumur hidup. Anak harus bisa menjaga dirinya, saat di luar jangkauan orangtua. Secara bertahap, mulai menyiapkan mental mereka.
- Katakan
dengan jujur, kalau mereka berbeda.
Perbedaan yang selalu, akan jadi kontroversi. Cari moment yang pas, untuk berbincang soal ini.
- Belajar bersikap masa bodoh.Tidak semua ejakan, perlu ditanggapi.Tapi sesekali, perlu melakukan perlawanan keras, untuk membuat kapok para perundung. Support mereka, untuk ikut kelas bela diri.
- Ingatkan mereka untuk mewaspadai orang – orang, yang mungkin berniat mengambil keuntungan dari kondisi mereka.
Saling Menghargai
Menerima mereka apa adanya, bukan berarti mereka bisa bertindak semau gue.
Oscar bilang, tanpa berdandan aneh – aneh saja, transgender sudah menarik perhatian orang. Tingkah polah yang lebay, akan memancing reaksi negatif dari lingkungan.
Dalam kehidupan bermasyarakat, tata krama dan sopan – santun, tidak mengenal jenis kelamin.Tegaskan batasan – batasan, yang keluarga inginkan.
Beri masukan, kapan dan dimana tempat, yang aman mengekspresikan diri. Buat kesepakatan, dikesempatan apa mereka harus menahan diri.Jangan lupa berdoa
Jangan jadikan doktrin surga-neraka,untuk menakuti mereka. Dari pada berdebat soal pandangan agama tentang transgender, lebih baik percaya semua bisa terjadi, atas kehendak Tuhan. Tuhan juga mendengar doa transgender. Ajarkan dan ingatkan, untuk berdoa minta perlindungan,dan petunjuk kepada Tuhan.
Pengalaman Reggy membesarkan Oscar, tidak semudah membalik telapak tangan. Ada masa penuh emosi dan air mata. Tapi apapun yang terjadi, jangan tinggalkan mereka. Dampingi mereka untuk maju, berani dan kuat melewati semua rintangan.
Dokter Renata Sanders berpesan, perlu waktu, pengetahuan, dan kerendahan hati, orangtua untuk membesarkan anak transgender. ***donasaurus.com
Tags : Parenting