Belajar Transgender Parenting dari Reggy Lawalata
Dengan tegas (dan agak keras ) menyatakan, dia tidak ……sama sekali tidak menyesali ….. anak lelakinya, Oscar Lawalata tumbuh menjadi begitu feminim.
Dan.......dipenghujung 2020, media ramai memberitakan, Oscar Lawalata memperkenalkan nama barunya - Asha Smara Darra.
Tidak ada konfirmasi, tentang ganti kelamin. Hanya secara tersirat Mama Reggy mengkonfirmasi, Oscar telah menjadi perempuan.
Keberanian Reggy dan Oscar, untuk bercerita di kanal The Lawalatas – Untold Story (upload- Agustus 2000), patut diacungi jempol.
Kamu yang pro, atau kontra, atau aku yang enggak tahu,mesti bilang apa soal LGBT. Kita belajar bersama, tentang transgender, dari pengalaman mereka.
Sebab peingkaran atas eksistensi mereka di kemudian hari, akan jadi masalah personal dan sosial, bagi seluruh masyarakat.
Transgender Karena Faktor Biologis
Salut, beneran salut sama Mama Reggy. Dengan segala keterbatasan, perempuan ini selalu all out mendukung anak.
Kita belajar dari Mama Reggy, bagaimana bersikap bodo amat ama omongan orang. Energinya fokus pada, bagaimana membesarkan anak transgender, yang bahagia dan sukses.
Difinisi transgender :Transgender merujuk pada orang-orang, yang identitas gendernya berbeda, dengan alat kelamin, yang mereka dapatkan saat lahir. Identitas gender, adalah perasaan internal dan pribadi seseorang, tentang menjadi pria atau wanita. Hal ini meliputi perilaku, ekspresi,dan segala hal yang menyangkut identitas seseorang.
Mendengar cerita perjuangan keluarga Lawalata, aku jadi tertarik untuk tahu lebih
banyak, tentang transgender. Mencari jawaban kenapa kita, sering gagal paham tentang mereka.
Setelah brozing sana - sini, aku ngumpulin banyak info menarik, seputar parenting transgender. Salah satunya berjudul Tips for Parent of LGBT
Youth. Ditulis Dr. Renata
Arrington dan Dr. Errol Field , di
laman hopkinsmedicine.org. Karena lumayan panjang, aku bagi menjadi dua artikel.
Menurut dr Renata dan dr.Errol, sangat jarang ( hampir mustahil), anak pra remaja dan remaja mengakui, kalau mereka merasa berbeda.
Seperti pengalaman Reggy, yang galau melihat Oscar terlihat beda. Anak sulung itu, lebih kemayu, dari adiknya - Mario. Dalam kegalauannya Reggy, sempat melakukan berbagai cara,untuk ‘meluruskan’ Oscar.
Bertahun – tahun mengingkari dan mencoba, mengubah Oscar jadi lelaki sejati. Semua zhonk, Oscar tidak berubah sedikitpun.
Dalam kesal dan kecewa, Reggy sempat marah besar . Perang dingin, yang berujung tangis – tangisan. Reggy tak kuasa menahan air mata, waktu Oscar bertanya, Mama kenapa aku berbeda?
Pertanyaan yang tidak mudah dijawab, oleh orangtua manapun.
Perbedaan Transgender Dengan Perempuan
Ada banyak teori mengenai, bagaimana terjadinya transgender. Kali ini kita ngobrolin transgender, karena faktor biologis. Biar jelas , aku kutip sedikit artikel dari laman Halodoc.com, soal kromsom Y dan X.
Lelaki normal hanya memiliki satu kromosom X dan satu kromsom Y. Nah pada kasus transgender, mereka terlahir sebagai lelaki, tapi memiliki dua kromsom X.
Kondisi genetik menyebabkan seseorang secara jasmani lelaki, tetapi secara rohani ia merasa dirinya perempuan. Analogi yang sering digunakan, adalah mereka perempuan yang terjebak dalam tubuh laki – laki.
![]() |
Pemeriksaan kromsome dapat dilakukan, untuk memastikan gejala yang terlihat |
Menyadari Anak Lelaki Yang Feminim
Orang tua dan keluarga sering, jadi yang paling akhir ‘sadar’, bahwa ada bibit transgender, dalam lingkaran mereka.
Bisa jadi , lantaran tinggal serumah, membuat keluarga kurang peka. Baru ribut,setelah ada kejadian, yang bikin heboh.
Sebagai awam, kita tidak punya pengetahuan, untuk memahami pertanda awal, bahwa mereka berbeda. Pengalaman Reggy yang masih belum sadar, bahkan setelah mendapat kode keras dari Oscar.
Seperti Oscar Lawalata, yang mempertanyakan jati dirinya. Waktu kecil mereka, yang kelebihan kromsom X , juga belum tahu apa, yang terjadi pada dirinya.
Aku masih ingat 3 kawan lelaki , yang terlihat kemayu sejak sekolah dasar. Yup,mereka terlihat lebih nyaman bermain, bersama kawan perempuan.
Gesture dan tutur katanya, cewek banget. Parahnya, mereka sudah bergelar bencong, sebelum hatam SD.
- Dengarkan Cerita Mereka
Sama seperti tips parenting lainya, komunikasi menjadi kunci. Orangtua disarankan, untuk membagun komunikasi, yang sehat dengan anak sejak kecil.
Dimulai dengan pertanyaan sederhana, misal :
Tadi main apa?
Tadi main sama siapa?
Di sekolah tadi belajar apa?
Di sekolah lagi musim mainan apa?
Aktif bertanya, tapi jadilah pendengar yang baik. Dengarkan dengan seksama, jawaban mereka. Karena bisa jadi petunjuk, ke arah yang luar biasa.
- Memahami Situasi dan Kondisi Real Time
Ada Ayah yang emosi,liat ucok main boneka. Ada juga Mamak yang jadi galau, ngeliat Buyung lebih seneng main,sama anak perempuan.
Wait, kalau ada tanda – tanda yang tidak biasa,jangan buru – buru panik. Perhatikan sebenarnya, apa yang sudah terjadi.
Bisa saja,setelah diperhatikan,sama sekali enggak ada hubunganya, dengan soal transgender.
Boneka adalah satu – satunya mainan, yang Ucok punya. Coba kalau ada mobil atau robot – robotan, dia akan meninggalkan bonekanya.
Haduh,ternyata temen-temen Buyung, yang lelaki pada nakal dan sering memukul.Pantesan,Buyung enggak suka, main sama mereka.
Jikalau itu dan ini sudah dicoba,tapi prilaku mereka semakin berbeda gimana dong?
Dokter Renata mengerti,banyak orangtua yang salahpaham, tentang transgender dan orientasi seksual.Setelah menyadari,kemungkinan ada transgender dalam keluarga. Baiknya ayah dan ibu, melakukan konsolidasi.
Dari pengalamanya memberikan konseling bagi orang tua, dan anak transgender,dr Renata membuat panduan.
Memulai Transgender Parenting
- Terima kenyataan,ini bukan sementara. Mereka akan selalu jadi berbeda, sepanjang hidupnya.
- Transgender(karena faktor biologis) bukan penyakit. Karena sudah dari’sononya’tidak ada,yang perlu diobati.
- Stop,mencari – cari siapa yang salah.Terimalah mereka,apa adanya.
Hei masih banyak tips, yang penting untuk orangtua transgeder.Seperti bagaimana mencegah dan menghadapi, perundungan pada remaja transgender. Kita lanjutin obrolan di bagian ke dua artikel ini ***donasaurus.com
Tags : Parenting
17 Comments
Baca ini jadi ingat pernah wawancara Oscar Lawalatta di butiknya. Rancangannya keren bagus dan modelnya gak berlebihan. Orangnya juga baik, sukses terus untuk dia ya mba
ReplyMak mano kalo transgendernyo tobat balik ke wujud asli dio sebagai manusio? Atau transgender yang tidak mau mengubah wujudnya? Bgmn sains melihat fenomena ini?
ReplyDulu sempet aku bingung kenapa mereka, yg lelaki tapi kemayu ini bisa seperti itu. Apa Krn pergaulan, ato salah dari lahir.
ReplySampe kemudian ada temen kantorku yg 'banci', dan pada akhirnya dia mengaku kalo menyukai sesama jenis. Tp ortunya udh pasti menentang. Aku pernah Ama suami diajak dia nginep di rumahnya pas ada nikahan temen di Garut.
Nyampe di rumahnya, mama dia lgs meluk aku, Krn dipikir aku pacar nya dia. Saking senengnya anak lelaki mereka bawa cewe. Tp pas suamiku masuk, dan sadar kalo mereka salah, lgs agak kecewa. Aku sampe ditarik supaya bantuin cariin jodoh buat temenku itu, yg aku cuma iyain demi sopan santun.
Tp pas di rumah dia, aku jd sadar kalo karakter itu memang bawaan lahir. Aku liat ada banyak foto temenku dari sejak kecil Ampe gede. Ada foto di mana dia berpose Ama semua sepupu cowonya. Pas usianya 3 thn. Di situ, semua sepupunya bergaya sambil pegang pedang, perisai, robot ato apalah yg berbau mainan cowo, si temenku ini berpose layaknya model sedang lenggak lenggok di catwalk :D.
Dan di situ aku sadar, temenku ini memang beda secara biologis.
Pertanyaannya, dari sisi agama gimana :(?. Ini bukan kesalahan mereka toh. Aku sendiri, walopun ga mensupport LGBT, tapi ga pernah sekalipun aku ngejauhin temen begini. Krn biar gimana justru mereka itu loyal biasanya :) , dan paling asik utk dijadikan teman.
Ini peer banget suh ya buat ortu. Karna kalau dr ortu gak menangani dengan tepat, kasian anaknya juga, pasti dibully di diluar sana, dan di rumah juga seolah "tidak diterima".
ReplySoal LGBT aku netral sih, karna di mata aku, asal orangnya baik sama aku, ya no problem. Bukan tempatku untuk menilai sesama manusia sih.
Salut banget udah mau angkat isu LGBT ke dalam blog parenting seperti ini. Emang masih banyak banget sih yang menolak keberadaan mereka. Terutama di Indonesia.
ReplyNamun dengan edukasi secara pelan2, semoga masyarakat akan memahami keberadaan mereka. Mereka (jadi begitu) juga bukan karena dibuat2 atau krn lingkungan tertentu. Namun memang ada yang seperti itu dari lahir.
Salah satunya ya Oscar ini. Salut buat Mama Reggy yang sabar mendidiknya hingga menjadi anak yang seutuhnya bisa membahagiakan keluarga.
Di tangan orangtua yang tepat, anak-anak apapun pasti akan tumbuh hebat.
Biasanya tabu bahas begini. Aku lumayan mindblowing baca ini loh. Memang nggak mudah menghadapinya, apalagi sebagai orang tuanya.
ReplyTapi memang nggak semua berkaitan dengan kromosom ya. Ada juga yang berkaitan sama faktor lingkungan. Nggak akan ada habisnya memang bahas ini terkait pro kontra nya.
Saya punya beberapa temen yang gay, ada yang transgender
ReplySo far, saya menerima mereka apa adanya. Kadang "pemilihan" ini terjadi bukan karena mereka yang memilih... ada banyak faktor X
Kalo dari segi agama,
kasian banget emang karena perjuangan mereka tentu akan lebih keras dan dahsyat. Tapi saya tekankan, Tuhan itu adil, biasanya mereka diberikan kelebihan dari segi lain, terutama materi
Tulisannya bergizi banget, Mbak. Tapi memang pembahasan seperti ini masih sangat tabu bagi masyarakat Indonesia ya.
ReplyPasti sulit bagi seorang ibu menerima jati diri seorang anak. Yang ada hanya menerima. Dan tidak banyak orang tua yang mengerti kondisi tersebut bersifat ilmiah. Masing-masing kita membawa dua kromosom, namun akan cenderung kesalahsatunya saja.
ReplyJika yang wajar, perempuan yang sedikit memiliki kromoson laki-laki mungkin menjadi tomboy, dan kalau laki-laki menjadi lemah lembut. Bagaimanapun jga orang-orang yang mengalami hal diatas harus tetap didampingi.
Mbak tulisannya keren banget. Membuka mata soal transgender, ternyata masalahnya memang nggak sederhana ya, Mbak. Dan orang terdekat terutama orangtua memang harus mengkomunikasikannya dan bukannya menyangkal.
ReplySaya salut sama ibunya yang bisa menerima anaknya dalam keadaan apapun. Pastinya tidak mudah. Apalagi stigma lingkungan yang juga masih negatif terhadap hal seperti ini.
ReplyPas dengar kabar itu aku kaget sih Mba awalnya, tapi udah sering liat dia wara wiri agak cantik gitu dan akhirnya dia memutuskan untuk memilih. Aku gak bisa komen apa-apa sih, hidup itu pilihan, dan kalau sudah memlih tahu resikonya. Selalu mendukung karyanya tetep.
ReplyTerkadang aku sendiri mungkin ga kuat ya melihat anak yg sperti ini, namun sebagai orangtua hanya bisa bersikap terus belajar memahami anak sedari kecil dan menanamkan nilai agama yg terpenting agar kejadian seperti ini tidak terjadi.
ReplyTransgender adalah sebuah perihal yang jadi problem pro kontra. Terlebih di negara kita. Kalau menurut ssya pribadi, jika seseorang mengalami gangguan biologis transgender sebaiknya cepat sgera tangani. Karena orang tersebut telah menyalahi kodratnya sebagai makhluk yang diciptakan tuhan.
Replyberbesar hati dalam penerimaan ini tuh gila sih, pasti nggak main-main. salut.
ReplyGak banyak sosok orang tua seperti Reggy Lawalata ini di Indonesia. Di mana ia terbuka menerima keadaan dari anaknya yang seorang transgender.
ReplyTentu keadaan ini juga pastinya ga mudah diterima oleh dirinya. Tapi dengan kebesaran hati seorang ibu dan kasih sayangnya membuat beban si anak jadi terbantu karena diterima apa adanya di keluarga.
Salut sih.
Makasih informasinya ka Dona. Mengingatkan kita untuk selalu menghargai meski berbeda pandangan tentang LGBT. Karena keadaan itu juga bukan mereka yang mau.
Teredukasi sekali dgn artikel ini. Aktif bertanya ke anak tetap juga aktif mendengarkan akan membuat kedekatan emosional org tua ke anak. Sehingga dpt diketahui hal2 tentang anak yg org tua gak ketahui sebelumnya. Terima kasih informasinya mbak
Reply