Maret 02, 2022

Kampung Pegocek Rokok Pucuk di Palembang

Kampung Rokok Pucuk

setelah dipisahkan dari kulit arinya.daun nipah di jemur sampai kering

Tujuanku  hari ini adalah Rumah Oeng Boen Tjit, di Jalan  Fakih Usman  Lr. Saudagar Yucing  3 Ulu Palembang. Mau ikutan acara Acara Masak Di Pinggir Sungai   bareng Sahabat Cagar Budaya.Kali ini  aku motoran saja lewat  darat, via Jembatan Musi 6. Jarak tempuh dari rumah di Kebun Bunga ke sana, dengan kecepatan santai sajalah kira-kira 30 menitan.Rokok Pucuk Daun Nipah.

Tiba di pangkal Musi 6, langsung belok kiri. Lorong Saudagar Yucing sekitar  1 km lagi. Harap sabar kalau melewati Jalan Fakih Usman waktu pagi. Lalu lintasnya padat merayap,tersengal-sengal. 

Akhirnya tiba juga di depan gapura Lorong  Saudagar Yucing. Untuk kamu yang baru pertama datang  ke sini, mungkin serasa masuk ke dalam Maze - taman labirin.

Seperti kampung-kampung di tepi sungai lainnya jalanan lorong ini, adalah pedestarian kecil berkelak-kelok yang di bangun di atas rawa pasang - surut. Belum berapa jauh masuk, kulihat ada motor dari arah berlawanan. Motor  terlihat  sedikit oleng,lantaran penuh muatan tampah lidi nipah. Pedestarian ini  cuma muat  dilalui satu motor. Dan tak  ada bidang untuk  pengendara itu  menepi.

Membersihkan Daun Nipah Untuk Rokok Pucuk

Kuberi  isyarat  tangan, mempersilakan pengendara  motor  itu jalan  duluan. Sementara aku melipir  minggir  keteras rumah terdekat. Di teras yang  tak seberapa luas itu, kulihat  jemuran daun nipah tersampir mengurai.

 “ Mau kemana dek ?” Sapa seorang  Ibu yang sedang menyiangi daun nipah. Mengikuti naluri kepo, aku putuskan untuk ngobrol sebentar dengannya.

“Mau ke  Budiman  Boen Tjit (Budiman  adalah cucu buyut Boen Tjit generasi ke 6) “ jawabku sambil mendekat  padanya. Warga Lorong Yucing terkenal sebagai  pengocek rokok. Ngocek  dalam bahasa Indonesia artinya mengupas. Nah kegiatan menyiangi daun dari lidi dan  melepaskan kulit  ari  daun nipah  inilah yang  disebut  ngocek rokok.

“Kenapa  harus dilepaskan kulit arinya ?”  aku penasaran. Wak  Rusmini  cerita, daun nipah itu berfungsi seperti kertas  untuk membalut tembakau pada rokok kretek atau filter.Nah,kalau  kulit  ari  tidak dikupas,maka daun  nipah tidak  akan bisa bergulung  saat kering.Kalau tidak bergulung, akan sulit meyelipkan tembakau ke dalamnya.

Penjemuran Daun Nipah 

Untuk menghindari daun  berubah warna menjadi coklat  kemerahan. Daun nipah yang sudah dipisahkan dari kulit arinya daun harus  segera  dijemur. Setelah dijemur 3-4  hari daun akan kering dan bergulung.Rokok daun yang berkwalitas, warnanya mirip coklat muda mirip susu coklat.

Untuk  mempercepat proses pegeringan, daun yang sudah dibersihkan diikat. Kemudian disampirkan pada jemuran yang terbuat dari bambu. Ikatan daun nipah ini dalam istilah perkocek rokok an disebut  unting. Satu unting  terdiri dari 10 lembar daun  nipah. Nah, untuk  100 unting dihargai  Rp.17.000.Karena sudah tingkat mahir, Wak Rusmi dkk sedikitnya bisa mengocek  500an unting perhari.

“Lumayan dek untuk beli beras dan gas “  ujar Wak Rusmi

Sebelum dijual ke pasar  unting daun nipah, akan diasapi  dengan belerang selama satu malam. Tujuan pengasapan agar rokok pucuk tahan, disimpan selama berbulan – bulan.Wak Rusmi dan kawan –kawan  mendapat penghasilan tambahan dari lidi nipah. Lidi nipah digunakan  sebagai bahan membuat  tampah, keranjang  atau alas piring.

Tak terasa hampir 30 menit aku ngobrol ngalur-ngidul dengan Wak Rusmi. Takut  terlambat menghadiri acara Sahabat Cagar Budaya di Rumah Boentjit. Aku pamit  dan melanjutkan perjalanan. Setelah beberapa belokan kiri dan kanan, aku tiba dibelokan terakhir  menuju  Rumah Boen Tjit.

Apa mau dikata, sudah begitu dekat  tapi ada satu tantangan lagi yang harus aku lewati. Tepat  dibelokan yang entah mengapa, bentuknya patah jadi seperti huruf L. Seorang  mamah muda duduk manja di pinggir pedestarian. Sedang mecuci piring di air yang mengenang.

Hati-hati  aku ngesot melintasinya. Takut  kalau ban belakang selip dan motor nyungsep. Takut juga  kekalau kakiku tak sengaja, menyenggol piring,gelas, dan panci yang  berserakan.

Acara Masak Di Pinggir Sungai  baru saja dimulai,saat aku tiba dihalaman rumah Boen Tjit yang luas.Teras rumah yang disulap jadi caffee itu sudah ramai. Hadirin tekun menyimak Pak Yudi  yang Dosen Sejarah  itu, menjelaskan  aneka jenis pindang  di Sumatera Selatan. Apa bedanya pindang  Kota dan pindang Desa, terus apa nama pindang yang disukai bule Belanda?

 Hmmmm ikutin terus ya banyak hal  menarik yang  bakalan aku ceritakan di artikel selanjutnya.

Tags :

bm
Created by: Donasaurus

Feel free to connect with me on social media or leave me a comment lways be super happy to have a little chat about your ideas and opinions Love Dona

12 Comments

Wah penuh perjuangan banget ya nggak cukup hanya mengoncek tapi masih ada tahap pengeringan juga pengasapan. Dengan dihargai 17000 per 100 ikat menurut aku nggak seimbang dengan perjuangannya. Salut deh sama wak rusmi dan yang lainnya

Reply

Wah menarik sekali pengalamannya. Ditunggu cerita selanjutnya Kak. Pengalaman dengan penuh pengetahuan seperti ini pasti sangat berharga.

Reply

Ah seru sekali ceritanya mbak
Jalan jalan ke kampung kampung seperti ini pasti menarik ya mbak
Banyak kisah inspiratif yang bisa dituliskan

Reply

Bagian selanjutnya tentang pindang harus saya baca juga nih, udah penasaran sama sejarah dan budaya yang dikandung oleh pindang 😋

Reply

Kata pindang selalu mengingatkan aku pada almarhum mama yang asalnya dari Palembang dan suka banget dengan makanan ini, pokoknya tiap minggu selalu ada sajian khas pindang di meja makan. Jadi kangen dengan Kota Palembang, biasanya dulu kalau masih ada mama suka berkunjung alias pulkam ke Palembang, tepatnya di Kampung 2 Ulu. Di tunggu cerita selanjutnya ya Mbak.

Reply

Kreatif bgt ibu2ny MasyaaAllah
Aku jadi kangen Palembang mbaa meski sodara ada d daerah Ogan Ilir alias belum pernah ke daerah sini
Nanti kalau ke Palembang lagi mau coba ngebolang sampai sini ah

Reply

Wah aku menyimak ulasan dan deskripsi tempatnya ikut merasakan suasananya

Ehm, masih ada y pembuatan sistem manual gini.mencermati perjalanan ini dan pertemuan dg wak rusmini

Reply

Pengalaman yang seru dan berbeda, Mbak. Asyik juga ngikutin kearifan lokal kayak gini. Next pengalamannya dishare lagi ya. Hihi, saya suka ngikutin cerita perjalanan gini Mbak..

Reply

Daun Nipah Untuk Rokok Pucuk ini yang rasanya manis itukah?
Tangannya cekatan sekali membersihkan dan membuatnya menjadi ampah, keranjang atau alas piring.

Reply

Saya di Palembang tapi belum pernah ke sini. Saya tunggu cerita tentang berbagai jenis pindangnya. Kalau di Palembang, kena kita tidak meet up ya 😁.

Reply

pindang khas sumsel itu khas ya
beda banget rasanya
pernah ke palembang dan nyoba
memang maknyus
tapi saya ga tahu nih ada pindang desa dan pindang kota

Reply

Aku tinggal di Palembang tapi belum pernah ke sini. Almarhum kakekku dulu rokoknya pakai ini. Cuma sekarang dah jarang keliatan orang merokok jenis ini. Kapan-kapan mau dong mbak jalan-jalan bareng blogger.

Reply
Connect